KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan
kehadirat Allah SWT,yang telah memberi kenikmatan kepada penulis dan khususnya
kepada kita semua, karena berkat hidayah dan karunia_Nya, penulis bisa
menyelesaikan makalah ini, makalah yang berjudul “Kurikulum Humanistik”.
Shalawat serta salam tak lupa kita panjatkan kehadirat junjungan kita semua
yaitu Nabi besar Muhammad SAW, yang telah menerangi kita dari kehidupan yang
gelap gulita.
Penulis mengucapkan terimakasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, akan
tetapi penulis juga menyadari akan banyaknya kekurangan dalam penyusunan
makalah ini, oleh karena itu penulis mohon saran dan kritiknya yang membangun dalam
penyelesaian makalah ini.
Semoga makalah ini dapat menjadi
khazanah keilmuan khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca
sekalian, semoga ilmu yang di dapat semua bisa bermanfaat.
Makassar , 25 Februari 2017
Kelompok 5
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kurikulum merupakan proses pengalaman pembelajaran yang
dirancang atau direncanakan yang telah melalui pembimbingan serta hasil
pembelajaran yang diinginkan yang telah dibentuk secara sistematik melalui
pembinaan semua materi yang ada dan pengalaman di sekolah, sehingga guru
dapatdituntut tanggung jawabnya terhadap kurikulum yang telah ada.
Penafsiran
konsep kurikulum bagi peneliti dan praktisi pendidikan dapat berbeda satu sama
lain. Secara umum, konsep kurikulum dapat didefinisikan sebagai suatu spesifik
rangkaian pengetahuan, keterampilan dan kegiatan untuk disampaikan kepada
siswa. Penafsiran lain, konsep kurikulum dapat didefinisikan sebagai suatu
rangkaian kegiatan yang direncanakan sebagai panduan guru untuk mengajar dan
siswa untuk belajar.
Model konsep kurikulum sangat mewarnai pendekatan yang diambil dalam
pengembangan kurikulum. Sebagai kajian teoritis, model konsep kurikulum
merupakan dasar pengembangan kurikulum. Atau dengan kata lain, pendekatan
pengembangan kurikulum didasarkan atas konsep-konsep kurikulum yang ada.
Perkembangan
konsep kurikulum selalu mengikuti perkembangan zaman dan pada setiap negara
sangat terkait dengan kebijakan yang diambil oleh penguasa. Khususnya di
Indonesia, kurikulum selalu mengalami perubahan. Pada saat ini telah muncul
Kurikulum 2006 atau kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Kurikulum ini
merupakan penyempurnaan dari Kurikulum 2004 yang terakhir yaitu Kurikulum 2013. Sesuai
dengan tuntunan zaman sekarang ini yang mengharuskan setiap manusia siap,
otomatis pendidikan mmempunyai peranan yang amat penting.Pastinya baik, bermutu
tidaknya sebuah institusi pendidikan sangat bergantung pada system
kurikulumnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan diatas, maka yang menjadi
masalah secara rinci sebagai berikut:
1. Apakah pengertian dari kurikulum
subjek akademik?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari
kurikulum subjek akademik?
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Kurikulum Subjek Akademi
Kurikulum Subjek Akademis
bersumber dari pendidikan Klasik, Perenialisme dan Esensialisme, berorientasi
kepada masa lalu. Kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan. Isi
pendidikan diambil dari disiplin-disiplin ilmu. Para ahli sesuai dengan bidang
disiplinnya masing-masing telah mengembangkan ilmu-ilmu tersebut secara
sistematis, logis, dan solid.
Para pengembang kurikulum tidak
perlu susah-susah menyusun dan mengembangkan bahan sendiri. Mereka tinggal
memilih bahan-bahan materi ilmu yang telah dikembangkan oleh para ahli disiplin
ilmu, kemudian mereorganisasinya secara sistematis, sesuai dengan tujuan
pendidikan dan tahap perkembangan peserta didik yang akan mempelajarinya. Guru
sebagai penyampai bahan ajar memegang peranan penting. Mereka harus menguasai
semua pengetahuan yang menjadi isi kurikulum. Ia harus menjadi ahli atau
ekspert dalam bidang-bidang studi yang diajarkannya di sekolah. Lebih jauh guru
dituntut bukan saja menguasai materi pembelajaran, tetapi juga menjadi model
bagi para peserta didiknya (Theacher Center).
1.
Pendekatan pertama, melanjutkan pendekatan
struktur pengetahuan.
Murid-murid belajar bagaimana memperoleh dan menguji fakta-fakta dan bukan hanya sekedar mengingatnya.
Murid-murid belajar bagaimana memperoleh dan menguji fakta-fakta dan bukan hanya sekedar mengingatnya.
2.
Pendekatan kedua, studi yang bersifat
integratif.Pendekatan ini merupakan respon terhadap perkembangan masyarakat
yang menuntut model-model pengetahuan yang lebih komprehensif-terpadu.
3.
Pendekatan ketiga, pendekatan yang
dilaksanakan pada sekolah-sekolah fundamentalis.
a. Ciri-ciri
Kurikulum Subjek Akademis
Ciri-ciri
ini berhubungan dengan maksud, metode, organisasi dan evaluasi.
a)
Maksud dan fungsi
Maksud
kurikulum adalah melatih siswa dalam menggunakan gagasan yang paling bermanfaat
dan proses menyelidiki masalah riset khusus. Fungsinya siswa diharapkan
memperoleh konsep dan metode untuk melanjutkan pertumbuhan dalam masyarakat
lebih luas.
b)
Metode
Metode yang paling banyak digunakan adalah metode ekspositori dan inkuiri. Ide-ide diberikan guru kemudian dielaborasi (dilaksanakan) siswa sampai mereka kuasai.
Metode yang paling banyak digunakan adalah metode ekspositori dan inkuiri. Ide-ide diberikan guru kemudian dielaborasi (dilaksanakan) siswa sampai mereka kuasai.
c)
Organisasi
Ada 3
pola organisasi yang terpenting diantaranya :
1.
Correlated Curriculum
Pola
oeganisasi materi atau konsep yang dipelajari dalam suatu pelajaran
dikorelasikan dengan pelajaran yang lain.
2.
Unified atau Concentrated Curriculum
Sesuai
dengan namanya, kurikulum jenis ini sangat kental dengan disiplin ilmu. Setiap
disiplin ilmu dibangun dari berbagai macam tema pelajaran. Pola organisasi
bahan dalam suatu pelajaran di susun dalam tema-tema
pelajaran tertentu.Salah satu aplikasi kurikulum jenis ini terdapat
pada pembelajaran yang sifatnya tematik. Misalnya konsep tentang energi, dapat
dipelajari dari sudut-sudut pandang biologi, fisika, kimia dan geologi.
3.
Integrated Curriculum
Bahan
ajar diintegrasikan menjadi satu keseluruhan yang disajikan dalam bentuk satuan
unit. Dalam satu unit terdapat hubungan antarpelajaran serta berbagai kegiatan
siswa. Dengan keterpaduan bahan pelajaran tersebut diharapkan siswa mempunyai
pemahaman suatu materi secara utuh. Oleh karena itu, inti yang diajarkan kepada
siswa harus memenuhi kebutuhan hidup di lingkungan masyarakat. Misalnya
matematika diajarkan untutk menyelesaikan masalah ilmu pengetahuan.
4.
Problem Solving Curriculum
Yang
berisi pemecahan masalah yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dengan
menggunakan pengetahuan serta keterampilan dari berbagai disiplin ilmu. Para
ahli disiplin ilmu sering memiliki sifat ambivalen terhadap
evaluasi. Satu pihak melihatnya sebagai suatu kegiatan yang sangat berharga,
yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan pada pihak lain mereka
mengkhawatirkan kegiatan evaluasi
dapat
mempengaruhi hubungan antara guru dan siswa.
d)
Evaluasi
kurikulum
subjek akademis menggunakan bentuk evaluasi yang bervariasi, namun lebih banyak
digunakan bentuk uraian (essay) dari pada tes objektif.
e)
Pemilihan Disiplin Ilmu
Masalah
besar yang dihadapi oleh para pengembang kurikulum subjek akademis adalah bagaimana
memilih materi pelajaran dari sekian banyak disiplin ilmu yang ada. Apabila
ingin memiliki penguasaan yang cukup mendalam maka jumlah disiplin ilmunya
harus sedikit. Apabila hanya mempelajari sedikit disiplin ilmu maka penguasaan
para siswa akan sanagt terbatas, sukar menerapkannya dalam kehidupan masyarakat
secara luas. Apabila disiplin ilmunya cukup banyak, maka tahap penguasaannya
akan mendangkal. Anak-anak akan tahu banyak tetapi pengetahuannya hanya
sedikit-sedikit (tidak mendalam).
Ada beberapa saran untuk mengatasi
masalah tersebut, yaitu:
1. Mengusahakan adanya penguasaan yang menyeluruh (comprehensiveness)
dengan menekankan pada bagaimana cara menguji kebenaran atau mendapatkan
pengetahuan.
2. Mengutamakan kebutuhan masyarakat (social utility), memilih dan
menentukan aspek-aspek dari disiplin ilmu yang sangat diperlukan dalam
kehidupan masyarakat.
3.
Menekankan pengetahuan dasar,
yaitu pengetahuan-pengetahuan yang menjadi dasar (prerequisite) bagi penguasaan
disiplin-disiplin ilmu yang lainnya
B. PENGERTIAN KURIKULUM HUMANISTIK
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan kegiatan pendidikan tertentu sedangkan humanistik berasal dari kata humanis yang secara etimologis adalah orang yang mendambakan dan memperjuangkan terwujudnya pergaulan hidup yang lebih baik. Humanis juga di definisikan sebagai faham yang menganut bahwa manusia adalah subjek terpenting lalu kaitannya dengan kurikulum, bahwa yang di maksud dengan kurikulum humanistik adalah kurikulum yang berorientasikan pada perkembangan keperibadian, sikap, emosi/perasaan peserta didik (Sanjaya, 2008 : 67)
a)
Konsep
Dasar Kurikulum Humanistik
Kurikulum
Humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistik. Kurikulum ini
berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi (personalized education)
yaitu John Dewey (progressive education) dan J.J Rousseau (Romantic
education). Aliran ini lebih memberikan tempat utama kepada siswa. Mereka
bertolak dari asumsi bahwa anak atau siswa adalah yang utama dan pertama dalam
pendidikan.
Mereka percaya bahwa siswa mempunyai potensi,
punya kemampuan dan kekuatan untuk berkembang. Para pendidik humanis juga
berpegang pada konsep Gestalt, bahwa individu atau anak merupakan satu kesatuan
yang menyeluruh.
Pandangan
mereka berkembang sebagai reaksi terhadap pendidikan yang lebih menekankan segi
intelektual dengan peran utama di pegang oleh guru. Pendidikan humanistik
menekankan peranan siswa. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk menciptakan
situasi yang permisif, rileks dan akrab. Berkat situasi tersebut anak
mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. Tugas guru adalah menciptakan
situasi yang permisif dan mendorong siswa untuk mencari dan mengembangkan
pemecahan sendiri.
Pendidikan mereka lebih menekankan bagaimana
mengajar siswa (mendorong siswa) dan bagaimana merasakan atau bersikap terhadap
sesuatu. Tujuan pengajaran adalah memperluas kesadaran diri sendiri dan
mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan. Ada beberapa aliran
yang termasuk dalam pendidikan humanistik yaitu pendidikan konfluen, kritikisme
radikal dan mistikisme modern
Pendidikan
konfluen menekankan keutuhan pribadi, individu harus merespon secara utuh (baik
segi pikiran, perasaan maupun tindakan) terhadap kesatuan yang menyeluruh dari
lingkungan.
Kritikisme
radikal bersumber dari aliran naturalisme atau romantisme Rousseau. Mereka
memandang pendidikan sebagai upaya untuk membantu anak menemukan dan
mengembangkan sendiri segala potensi yang dimilikinya.
Mistikisme
modern adalah aliran yang menekankan latihan dan pengembangan kepekaan
perasaan, kehalusan dan budi pekerti (Sukmadinata,1997:87).
b) Karakteristik Kurikulum Humanistik
Kurikulum
humanistik mempunyai beberapa karakteristik, berkenaan dengan tujuan, metode,
organisasi isi, dan evaluasi. Menurut para humanis, kurikulum berfungsi
menyediakan pengalaman (pengetahuan-red) berharga untuk membeantu memperlancar
perkembangan pribadi murid.
bagi mereka tujuan pendidikanadalah proses
perkembangan pribadi yang dinamis yang di arahkan pada pertumbuhan, integritas,
dan otonomi kepribadian, sikap yang sehat terhadap diri sendiri, orang lain,
dan belajar semua itu merupakan bagian dari cita-cita perkembangan manusia yang
teraktualisasi (self actualizing person) seorang yang telah mampu
mengaktualisasikan diri adalah orang yang telah mencapai keseimbangan (harmoni)
perkembangan seluruh aspek pribadinya baik aspek kognitif, estetika, maupun
moral, seorang dapat bekerja dengan baik bila memiliki karakter yang baik pula
(Sukmadinata, 1997 : 90).
Kurikulum humanistic memiliki beberapa karakteristik
yang tidak lepas dari karakteristik pendidikan humanis, diantaranya adalah :
1.
Tujuan
Ahli humanis mempercayai fungsi kurikulum
memberikan pengalaman secara interinsik tercapainya perkembangan dan
kemerdekaan peribadi. Bagi mereka yaitu memandang tujuan pendidikan sebagai
peroses dinamika peribadi yang berhubungan dengan integrasi dan otonomi
peribadi yang ideal.
2.
Metode
Kurikulum humanistik menuntut hubungan
emosional antara guru dan anak didik melalui suasana belajar yang menyenangkan.
Guru mendorong para siswa untuk saling mempercayai dalam peroses belajar
mengerjakan sesuatu yang mereka tidak ingin melakukan.
3.
Organisasi
Organisasi
kurikulum humanistik terletak dalam integrasi. Bertujuan untuk mengatasi
kurikulum teradisonal yang berorientasi pada materi yang gagal dalam
menghubungkan psikologi anak. Karena itu kurikulum humanistik tidak selalu
menekankan aspek sekuensial dalam organisasi materinya.
4.
Evaluasi
Kurikulum
humanistik lebih mengutamakan peroses dari pada hasil artinya apakah aktivitas
belajar yang dapat membantu anak didik menjadi manusia yang lain terbuka dan
mandiri. Dalam evalusi kurikulum humanistik berbeda dengan yang biasa kegiatan
belajar yang baik adalah yang memberikan pengalaman yang akan membantu
parasisiwa memperluas kesadaran akan dirinya dan orang lain dan dapat
mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya (Nasution,2008: 67).
c) Kelebihan dan kekurangan kurikulum Humanistik
1.
Kelebihan kurikulum humanistik
Kurikulum
humanistik terhadap pembelajaran dengan teori ini sangat cocok diterapkan untuk
materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani,
perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari
keberhasilan aplikasi ini ialah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif
dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan
sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat
oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara tanggung jawab
tanpa mengurangi hak-hak orang-orang lain atau melanggar aturan, norma,
disiplin, atau etika yang berlaku (Idi,2007: 56).
2. Sebagai suatu hal yang alamiah, kurikulum humanistik
memiliki beberapa kelemahan seperti:
a. Keterlibatan emosional tidak selamanya berdampak
positif bagi perkembangan individual peserta didik.
b. Meskipun kurikulum ini sangat menekankan individu
peserta didik, pada kenyataannya di setiap program terdapat keseragaman peserta
didik.
c. Kurikulum ini kurang memperhatikan kebutuhan
masyarakat secara keseluruhan.
d. Pada kurikulum humanistik,
prinsip-prinsip psikologis ada yang kurang terhubungkan (Nasution, 2008 : 217).
C. KURIKULUM REKONSTRUKSI SOSIAL
A. Pengertian Model Kurikulum Rekonstruksi Sosial
Kurikulum rekonstruksi
sosial berbeda dengan model-model kurikulum lainnya. Kurikulum ini lebih
memusatkan perhatian pada problem-problema yang dihadapinya dalam masyarakat.
Kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional. Menurut mereka
pendidikan bukan upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama, interaksi dan kerja
sama.
Kerja sama atau interaksi bukan hanya terjadi
antara siswa dengan guru, tetapi juga antara siswa dengan siswa, siswa dengan
orang-orang di lingkungannya, dan dengan sumber belajar lainnya.
Melalui interaksi dan kerja sama ini siswa
berusaha memecahkan problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat menuju
pembentukan masyarakat yang lebih baik.Kurikulum
rekontruksi sosial lebih memusatkan perhatian pada problema-problema yang
dihadapi dalam masyarakat. Kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan
interaksional.
Melalui
interaksi dan kerja sama siswa berusaha memecahkan problema-problema yang
dihadapi dalam masyarakat menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik.
a) Desain kurikulum rekontruksi sosial
1. Asumsi
Tujuan utama kurikulun rekontruksi sosial adalah
menghadapkan para siswa pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan
yang dihadapi manusia. Masalah-masalah masyarakat bersifat universal dan hal
ini dapat dikaji dalam kurikulum.
2. Masalah-masalah sosial yang mendesak
Kegiatan belajar dipusatkan pada masalah-masalah
sosial yang mendesak. Masalah-masalah tersebut dirumuskan dalam
pertanyaan-pertanyaan yang mengundang lebih mendalam, bukan saja dari buku-buku
dan kegiatan laboratorium tetapi juga dari kehidupan nyata dalam masyarakat.
3. Pola-pola organisasi
Pada tingkat sekolah menengah, pola organisasi kurikulum
disusun seperti sebuah roda. Di tengah-tengahnya sebagai poros dipilih suatu
masalah yang menjadi tema utama dan dibahassecara pleno.
b) Komponen-komponen
kurikulum
a.
Tujuan dan isi kurikulum
Dalam pendidikan ekonomi-politik, kegiatan yang dilakukan untuk
mencapai tujuan adalah :
1)
Mengadakan survai secara
kritis terhadap masyarakat
2)
Mengadakan studi tentang hubungan antara
keadaan ekonomi lokal dan ekonomi nasional serta dunia,
3)
Mengadakan studi tentang
latar belakang historis dan kecenderungan-kecenderungan perkembangan ekonom,
hubungannya dengan ekonomi lokal,
4)
Mengkaji praktik politik
dalam hubungannya dengan faktor ekonomi,
5)
Memantapkan rencana
perubahan praktik politik,
6)
Mengevaluasi semua rencana
dengan kriteria.
b.
Metode
Dalam pengajaran rekontruksi sosial para pengembang kurikulum
berusaha mencari keselarasan antara tujuan-tujuan nasional dengan tujuan siswa.
Bagi rekontruksi sosial, belajar merupakan kegiatan bersama, ada kebergantungan
antara seseorang dengan yang lainnya.
c.
Evaluasi
Evaluasi tidak hanya menilai apa yang telah dikuasai siswa, tapi
juga menilai pengaruh kegiatan sekolah terhadap masyarakat.
c)
Pelaksanaan pengajaran rekontruksi sosial
Pengajaran rekontruksi sosial banyak dilaksanakan di
daerah-daerah yang tergolong belum maju dan tingkat ekunominya belum tinggi.
Pelaksanaan pengajaran ini diarahkan untuk meningkatkan kondisi kehidupan
masyarakat. Sesuai dengan potensi yang ada di dalam masyarakat, sekolah
mempelajari potensi-potensi tersebut, dengan bantuan biaya dari pemerintah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwasannya yang dimaksud Kurikulum Subjek
Akademik bersumber dari pendidikan Klasik, Perenialisme dan Esensialisme,
berorientasi kepada masa lalu, serta lebih mengutamakan isi pendidikan.
Ada tiga
pendekatan dalam Kurikulum Subjek Akademis, yaitu :
a) Lanjutan
pendekatan struktur pengetahuan
b) Studi
yang bersifat integratif
c) Pendekatan
yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah fundamentalis.
a. Kurikulum humanistik merupakan kurikulum yang
berorientasikan pada perkembangan keperibadian, sikap, emosi/perasaan peserta
didik.
b. Kurikulum Humanistik dikembangkan oleh para ahli
pendidikan humanistik. Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran pendidikan
pribadi (personalized education) yaitu John Dewey (progressive education)
dan J.J Rousseau (Romantic education).Kurikulum
humanistik mempunyai beberapa karakteristik, berkenaan dengan tujuan, metode,
organisasi isi, dan evaluasi.
B. Saran
1. Berdasarkan adanya kurikulum humanistik orientasi terhadap perkembangan
keperibadian, sikap, emosi/persaan peserta didik bisa ter-realisasikan terhadap
pendidikan nasional.
2. Kurikulum humanistik ini berdasarkan konsep aliran pendidikan
pribadi (personalized education) yaitu John Dewey (progressive
education) dan J.J Rousseau (Romantic education) diharapkan guru
percaya bahwa siswa mempunyai potensi, kemampuan dan kekuatan untuk berkembang.
DAFTAR
PUSTAKA
Sukmadinata,
Nana Syaodih. Pengembangan Kurikulum.Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
2009
Nasution, S. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara. 1995
Nasution, S. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara. 1995
Idi, Abdullah, 2007, Pengembangan
Kurikulum, Jakarta:
Al-Insan.
Nasution, 2008, Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi, Jakarta: Bumiaksara.
sinautp.weebly.com/model-kurikulum-rekonstruksi-sosial.html
sinautp.weebly.com/model-kurikulum-rekonstruksi-sosial.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar