edvanture

edvanture
trip

Sabtu, 25 Februari 2017

desain kurikulum sd


KATA PENGANTAR



Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT,yang telah memberi kenikmatan kepada penulis dan khususnya kepada kita semua, karena berkat hidayah dan karunia_Nya, penulis bisa menyelesaikan makalah ini, makalah yang berjudul “Kurikulum Humanistik”. Shalawat serta salam tak lupa kita panjatkan kehadirat junjungan kita semua yaitu Nabi besar Muhammad SAW, yang telah menerangi kita dari kehidupan yang gelap gulita.



Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, akan tetapi penulis juga menyadari akan banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu penulis mohon saran dan kritiknya yang membangun dalam penyelesaian makalah ini.



Semoga makalah ini dapat menjadi khazanah keilmuan khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca sekalian, semoga ilmu yang di dapat semua bisa bermanfaat.











                              







 Makassar , 25  Februari 2017









Kelompok 5   













BAB I

PENDAHULUAN





A. LATAR BELAKANG

Kurikulum merupakan proses pengalaman pembelajaran yang dirancang atau direncanakan yang telah melalui pembimbingan serta hasil pembelajaran yang diinginkan yang telah dibentuk secara sistematik melalui pembinaan semua materi yang ada dan pengalaman di sekolah, sehingga guru dapatdituntut tanggung jawabnya terhadap kurikulum yang telah ada.

Penafsiran konsep kurikulum bagi peneliti dan praktisi pendidikan dapat berbeda satu sama lain. Secara umum, konsep kurikulum dapat didefinisikan sebagai suatu spesifik rangkaian pengetahuan, keterampilan dan kegiatan untuk disampaikan kepada siswa. Penafsiran lain, konsep kurikulum dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang direncanakan sebagai panduan guru untuk mengajar dan siswa untuk belajar.

Model konsep kurikulum sangat mewarnai pendekatan yang diambil dalam pengembangan kurikulum. Sebagai kajian teoritis, model konsep kurikulum merupakan dasar pengembangan kurikulum. Atau dengan kata lain, pendekatan pengembangan kurikulum didasarkan atas konsep-konsep kurikulum yang ada.

Perkembangan konsep kurikulum selalu mengikuti perkembangan zaman dan pada setiap negara sangat terkait dengan kebijakan yang diambil oleh penguasa. Khususnya di Indonesia, kurikulum selalu mengalami perubahan. Pada saat ini telah muncul Kurikulum 2006 atau kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Kurikulum ini merupakan penyempurnaan dari Kurikulum 2004 yang terakhir yaitu Kurikulum 2013. Sesuai dengan tuntunan zaman sekarang ini yang mengharuskan setiap manusia siap, otomatis pendidikan mmempunyai peranan yang amat penting.Pastinya baik, bermutu tidaknya sebuah institusi pendidikan sangat bergantung pada system kurikulumnya.





B.  Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan diatas, maka yang menjadi masalah secara rinci sebagai berikut:

1.    Apakah pengertian dari kurikulum subjek akademik?

C.  Tujuan

1.    Untuk mengetahui pengertian dari kurikulum subjek akademik?







































BAB II
PEMBAHASAN



A.   Kurikulum Subjek Akademi

Kurikulum Subjek Akademis bersumber dari pendidikan Klasik, Perenialisme dan Esensialisme, berorientasi kepada masa lalu. Kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan. Isi pendidikan diambil dari disiplin-disiplin ilmu. Para ahli sesuai dengan bidang disiplinnya masing-masing telah mengembangkan ilmu-ilmu tersebut secara sistematis, logis, dan solid.

Para pengembang kurikulum tidak perlu susah-susah menyusun dan mengembangkan bahan sendiri. Mereka tinggal memilih bahan-bahan materi ilmu yang telah dikembangkan oleh para ahli disiplin ilmu, kemudian mereorganisasinya secara sistematis, sesuai dengan tujuan pendidikan dan tahap perkembangan peserta didik yang akan mempelajarinya. Guru sebagai penyampai bahan ajar memegang peranan penting. Mereka harus menguasai semua pengetahuan yang menjadi isi kurikulum. Ia harus menjadi ahli atau ekspert dalam bidang-bidang studi yang diajarkannya di sekolah. Lebih jauh guru dituntut bukan saja menguasai materi pembelajaran, tetapi juga menjadi model bagi para peserta didiknya (Theacher Center).

Sekurang-kurangnya ada tiga pendekatan dalam perkembangan Kurikulum Subjek Akademis, yaitu :

1.      Pendekatan pertama, melanjutkan pendekatan struktur pengetahuan.
Murid-murid belajar bagaimana memperoleh dan menguji fakta-fakta dan bukan hanya sekedar mengingatnya.

2.      Pendekatan kedua, studi yang bersifat integratif.Pendekatan ini merupakan respon terhadap perkembangan masyarakat yang menuntut model-model pengetahuan yang lebih komprehensif-terpadu.

3.      Pendekatan ketiga, pendekatan yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah fundamentalis.



a.      Ciri-ciri Kurikulum Subjek Akademis

  Ciri-ciri ini berhubungan dengan maksud, metode, organisasi dan evaluasi.

a)      Maksud dan fungsi

Maksud kurikulum adalah melatih siswa dalam menggunakan gagasan yang paling bermanfaat dan proses menyelidiki masalah riset khusus. Fungsinya siswa diharapkan memperoleh konsep dan metode untuk melanjutkan pertumbuhan dalam masyarakat lebih luas.

b)      Metode
Metode yang paling banyak digunakan adalah metode ekspositori dan inkuiri. Ide-ide diberikan guru kemudian dielaborasi (dilaksanakan) siswa sampai mereka kuasai.

c)      Organisasi

Ada 3 pola organisasi yang terpenting diantaranya :

1.      Correlated Curriculum

Pola oeganisasi materi atau konsep yang dipelajari dalam suatu pelajaran dikorelasikan dengan pelajaran yang lain.

2.      Unified atau Concentrated Curriculum

Sesuai dengan namanya, kurikulum jenis ini sangat kental dengan disiplin ilmu. Setiap disiplin ilmu dibangun dari berbagai macam tema pelajaran. Pola organisasi bahan dalam suatu pelajaran di susun dalam tema-tema pelajaran tertentu.Salah satu aplikasi kurikulum jenis ini terdapat pada pembelajaran yang sifatnya tematik. Misalnya konsep tentang energi, dapat dipelajari dari sudut-sudut pandang biologi, fisika, kimia dan geologi.

3.      Integrated Curriculum

Bahan ajar diintegrasikan menjadi satu keseluruhan yang disajikan dalam bentuk satuan unit. Dalam satu unit terdapat hubungan antarpelajaran serta berbagai kegiatan siswa. Dengan keterpaduan bahan pelajaran tersebut diharapkan siswa mempunyai pemahaman suatu materi secara utuh. Oleh karena itu, inti yang diajarkan kepada siswa harus memenuhi kebutuhan hidup di lingkungan masyarakat. Misalnya matematika diajarkan untutk menyelesaikan masalah ilmu pengetahuan.

4.      Problem Solving Curriculum

Yang berisi pemecahan masalah yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan pengetahuan serta keterampilan dari berbagai disiplin ilmu. Para ahli disiplin ilmu sering memiliki sifat ambivalen terhadap evaluasi. Satu pihak melihatnya sebagai suatu kegiatan yang sangat berharga, yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan pada pihak lain mereka mengkhawatirkan kegiatan evaluasi

dapat mempengaruhi hubungan antara guru dan siswa.

d)     Evaluasi

kurikulum subjek akademis menggunakan bentuk evaluasi yang bervariasi, namun lebih banyak digunakan bentuk uraian (essay) dari pada tes objektif.

e)      Pemilihan Disiplin Ilmu

Masalah besar yang dihadapi oleh para pengembang kurikulum subjek akademis adalah bagaimana memilih materi pelajaran dari sekian banyak disiplin ilmu yang ada. Apabila ingin memiliki penguasaan yang cukup mendalam maka jumlah disiplin ilmunya harus sedikit. Apabila hanya mempelajari sedikit disiplin ilmu maka penguasaan para siswa akan sanagt terbatas, sukar menerapkannya dalam kehidupan masyarakat secara luas. Apabila disiplin ilmunya cukup banyak, maka tahap penguasaannya akan mendangkal. Anak-anak akan tahu banyak tetapi pengetahuannya hanya sedikit-sedikit (tidak mendalam).

               Ada beberapa saran untuk mengatasi masalah tersebut, yaitu:

1.     Mengusahakan adanya penguasaan yang menyeluruh (comprehensiveness) dengan menekankan pada bagaimana cara menguji kebenaran atau mendapatkan pengetahuan.

2.     Mengutamakan kebutuhan masyarakat (social utility), memilih dan menentukan aspek-aspek dari disiplin ilmu yang sangat diperlukan dalam kehidupan masyarakat.

3.     Menekankan pengetahuan dasar, yaitu pengetahuan-pengetahuan yang menjadi dasar (prerequisite) bagi penguasaan disiplin-disiplin ilmu yang lainnya

B.   PENGERTIAN KURIKULUM HUMANISTIK


       Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan kegiatan pendidikan tertentu sedangkan humanistik berasal dari kata humanis yang secara etimologis adalah orang yang mendambakan dan memperjuangkan terwujudnya pergaulan hidup yang lebih baik. Humanis juga di definisikan sebagai faham yang menganut bahwa manusia adalah subjek terpenting lalu kaitannya dengan kurikulum, bahwa yang di maksud dengan kurikulum humanistik adalah kurikulum yang berorientasikan pada perkembangan keperibadian, sikap, emosi/perasaan peserta didik (Sanjaya, 2008 : 67)

a)      Konsep Dasar Kurikulum Humanistik

Kurikulum Humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistik. Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi (personalized education) yaitu John Dewey (progressive education) dan J.J Rousseau (Romantic education). Aliran ini lebih memberikan tempat utama kepada siswa. Mereka bertolak dari asumsi bahwa anak atau siswa adalah yang utama dan pertama dalam pendidikan.

 Mereka percaya bahwa siswa mempunyai potensi, punya kemampuan dan kekuatan untuk berkembang. Para pendidik humanis juga berpegang pada konsep Gestalt, bahwa individu atau anak merupakan satu kesatuan yang menyeluruh.

Pandangan mereka berkembang sebagai reaksi terhadap pendidikan yang lebih menekankan segi intelektual dengan peran utama di pegang oleh guru. Pendidikan humanistik menekankan peranan siswa. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk menciptakan situasi yang permisif, rileks dan akrab. Berkat situasi tersebut anak mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. Tugas guru adalah menciptakan situasi yang permisif dan mendorong siswa untuk mencari dan mengembangkan pemecahan sendiri.

 Pendidikan mereka lebih menekankan bagaimana mengajar siswa (mendorong siswa) dan bagaimana merasakan atau bersikap terhadap sesuatu. Tujuan pengajaran adalah memperluas kesadaran diri sendiri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan. Ada beberapa aliran yang termasuk dalam pendidikan humanistik yaitu pendidikan konfluen, kritikisme radikal dan mistikisme modern

Pendidikan konfluen menekankan keutuhan pribadi, individu harus merespon secara utuh (baik segi pikiran, perasaan maupun tindakan) terhadap kesatuan yang menyeluruh dari lingkungan.

Kritikisme radikal bersumber dari aliran naturalisme atau romantisme Rousseau. Mereka memandang pendidikan sebagai upaya untuk membantu anak menemukan dan mengembangkan sendiri segala potensi yang dimilikinya.

Mistikisme modern adalah aliran yang menekankan latihan dan pengembangan kepekaan perasaan, kehalusan dan budi pekerti (Sukmadinata,1997:87).



b)     Karakteristik Kurikulum Humanistik

Kurikulum humanistik mempunyai beberapa karakteristik, berkenaan dengan tujuan, metode, organisasi isi, dan evaluasi. Menurut para humanis, kurikulum berfungsi menyediakan pengalaman (pengetahuan-red) berharga untuk membeantu memperlancar perkembangan pribadi murid.

 bagi mereka tujuan pendidikanadalah proses perkembangan pribadi yang dinamis yang di arahkan pada pertumbuhan, integritas, dan otonomi kepribadian, sikap yang sehat terhadap diri sendiri, orang lain, dan belajar semua itu merupakan bagian dari cita-cita perkembangan manusia yang teraktualisasi (self actualizing person) seorang yang telah mampu mengaktualisasikan diri adalah orang yang telah mencapai keseimbangan (harmoni) perkembangan seluruh aspek pribadinya baik aspek kognitif, estetika, maupun moral, seorang dapat bekerja dengan baik bila memiliki karakter yang baik pula (Sukmadinata, 1997 : 90).

Kurikulum humanistic memiliki beberapa karakteristik yang tidak lepas dari karakteristik pendidikan humanis, diantaranya adalah :



1.     Tujuan

Ahli humanis mempercayai fungsi kurikulum memberikan pengalaman secara interinsik tercapainya perkembangan dan kemerdekaan peribadi. Bagi mereka yaitu memandang tujuan pendidikan sebagai peroses dinamika peribadi yang berhubungan dengan integrasi dan otonomi peribadi yang ideal.

2.     Metode

Kurikulum humanistik menuntut hubungan emosional antara guru dan anak didik melalui suasana belajar yang menyenangkan. Guru mendorong para siswa untuk saling mempercayai dalam peroses belajar mengerjakan sesuatu yang mereka tidak ingin melakukan.



3.     Organisasi

Organisasi kurikulum humanistik terletak dalam integrasi. Bertujuan untuk mengatasi kurikulum teradisonal yang berorientasi pada materi yang gagal dalam menghubungkan psikologi anak. Karena itu kurikulum humanistik tidak selalu menekankan aspek sekuensial dalam organisasi materinya.



4.     Evaluasi

Kurikulum humanistik lebih mengutamakan peroses dari pada hasil artinya apakah aktivitas belajar yang dapat membantu anak didik menjadi manusia yang lain terbuka dan mandiri. Dalam evalusi kurikulum humanistik berbeda dengan yang biasa kegiatan belajar yang baik adalah yang memberikan pengalaman yang akan membantu parasisiwa memperluas kesadaran akan dirinya dan orang lain dan dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya (Nasution,2008: 67).

c)     Kelebihan dan kekurangan kurikulum Humanistik

1.     Kelebihan kurikulum humanistik

Kurikulum humanistik terhadap pembelajaran dengan teori ini sangat cocok diterapkan untuk materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini ialah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara tanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang-orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin, atau etika yang berlaku (Idi,2007: 56).

2.      Sebagai suatu hal yang alamiah, kurikulum humanistik memiliki beberapa kelemahan seperti:



a.     Keterlibatan emosional tidak selamanya berdampak positif bagi perkembangan individual peserta didik.

b.    Meskipun kurikulum ini sangat menekankan individu peserta didik, pada kenyataannya di setiap program terdapat keseragaman peserta didik.

c.     Kurikulum ini kurang memperhatikan kebutuhan masyarakat secara keseluruhan.

d.    Pada kurikulum humanistik, prinsip-prinsip psikologis ada yang kurang terhubungkan (Nasution, 2008 : 217).









C.   KURIKULUM REKONSTRUKSI SOSIAL



A.    Pengertian Model Kurikulum Rekonstruksi Sosial

Kurikulum rekonstruksi sosial berbeda dengan model-model kurikulum lainnya. Kurikulum ini lebih memusatkan perhatian pada problem-problema yang dihadapinya dalam masyarakat. Kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional. Menurut mereka pendidikan bukan upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama, interaksi dan kerja sama.

 Kerja sama atau interaksi bukan hanya terjadi antara siswa dengan guru, tetapi juga antara siswa dengan siswa, siswa dengan orang-orang di lingkungannya, dan dengan sumber belajar lainnya.

 Melalui interaksi dan kerja sama ini siswa berusaha memecahkan problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik.Kurikulum rekontruksi sosial lebih memusatkan perhatian pada problema-problema yang dihadapi dalam masyarakat. Kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional.

 Melalui interaksi dan kerja sama siswa berusaha memecahkan problema-problema yang dihadapi dalam masyarakat menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik.

a)      Desain kurikulum rekontruksi sosial

1.      Asumsi

Tujuan utama kurikulun rekontruksi sosial adalah menghadapkan para siswa pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang dihadapi manusia. Masalah-masalah masyarakat bersifat universal dan hal ini dapat dikaji dalam kurikulum.

2.      Masalah-masalah sosial yang mendesak

Kegiatan belajar dipusatkan pada masalah-masalah sosial yang mendesak. Masalah-masalah tersebut dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan yang mengundang lebih mendalam, bukan saja dari buku-buku dan kegiatan laboratorium tetapi juga dari kehidupan nyata dalam masyarakat.      

3.      Pola-pola organisasi

Pada tingkat sekolah menengah, pola organisasi kurikulum disusun seperti sebuah roda. Di tengah-tengahnya sebagai poros dipilih suatu masalah yang menjadi tema utama dan dibahassecara pleno.

b)     Komponen-komponen kurikulum

a.              Tujuan dan isi kurikulum

Dalam pendidikan ekonomi-politik, kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan adalah :

1)      Mengadakan survai secara kritis terhadap masyarakat

2)       Mengadakan studi tentang hubungan antara keadaan ekonomi lokal dan ekonomi nasional serta dunia,

3)      Mengadakan studi tentang latar belakang historis dan kecenderungan-kecenderungan perkembangan ekonom, hubungannya dengan ekonomi lokal,

4)      Mengkaji praktik politik dalam hubungannya dengan faktor ekonomi,

5)      Memantapkan rencana perubahan praktik politik,

6)      Mengevaluasi semua rencana dengan kriteria.

b.      Metode

Dalam pengajaran rekontruksi sosial para pengembang kurikulum berusaha mencari keselarasan antara tujuan-tujuan nasional dengan tujuan siswa. Bagi rekontruksi sosial, belajar merupakan kegiatan bersama, ada kebergantungan antara seseorang dengan yang lainnya.

c.       Evaluasi

Evaluasi tidak hanya menilai apa yang telah dikuasai siswa, tapi juga menilai pengaruh kegiatan sekolah terhadap masyarakat.

c)      Pelaksanaan pengajaran rekontruksi sosial

Pengajaran rekontruksi sosial banyak dilaksanakan di daerah-daerah yang tergolong belum maju dan tingkat ekunominya belum tinggi. Pelaksanaan pengajaran ini diarahkan untuk meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat. Sesuai dengan potensi yang ada di dalam masyarakat, sekolah mempelajari potensi-potensi tersebut, dengan bantuan biaya dari pemerintah.



BAB III

PENUTUP



A.     Kesimpulan

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwasannya yang dimaksud Kurikulum Subjek Akademik bersumber dari pendidikan Klasik, Perenialisme dan Esensialisme, berorientasi kepada masa lalu, serta lebih mengutamakan isi pendidikan.

Ada tiga pendekatan dalam Kurikulum Subjek Akademis, yaitu :

a)     Lanjutan pendekatan struktur pengetahuan

b)    Studi yang bersifat integratif

c)     Pendekatan yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah fundamentalis.

a.     Kurikulum humanistik merupakan kurikulum yang berorientasikan pada perkembangan keperibadian, sikap, emosi/perasaan peserta didik.

b.    Kurikulum Humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistik. Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi (personalized education) yaitu John Dewey (progressive education) dan J.J Rousseau (Romantic education).Kurikulum humanistik mempunyai beberapa karakteristik, berkenaan dengan tujuan, metode, organisasi isi, dan evaluasi.

B.     Saran



1.      Berdasarkan adanya kurikulum humanistik orientasi terhadap perkembangan keperibadian, sikap, emosi/persaan peserta didik bisa ter-realisasikan terhadap pendidikan nasional.



2.      Kurikulum humanistik ini berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi (personalized education) yaitu John Dewey (progressive education) dan J.J Rousseau (Romantic education) diharapkan guru percaya bahwa siswa mempunyai potensi, kemampuan dan kekuatan untuk berkembang.







DAFTAR PUSTAKA


Sukmadinata, Nana Syaodih. Pengembangan Kurikulum.Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. 2009
Nasution, S. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara. 1995

Idi, Abdullah, 2007, Pengembangan Kurikulum, Jakarta: Al-Insan.

   Nasution, 2008, Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi, Jakarta: Bumiaksara.
sinautp.weebly.com/model-kurikulum-rekonstruksi-sosial.html







KATA PENGANTAR



Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT,yang telah memberi kenikmatan kepada penulis dan khususnya kepada kita semua, karena berkat hidayah dan karunia_Nya, penulis bisa menyelesaikan makalah ini, makalah yang berjudul “Kurikulum Humanistik”. Shalawat serta salam tak lupa kita panjatkan kehadirat junjungan kita semua yaitu Nabi besar Muhammad SAW, yang telah menerangi kita dari kehidupan yang gelap gulita.



Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, akan tetapi penulis juga menyadari akan banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu penulis mohon saran dan kritiknya yang membangun dalam penyelesaian makalah ini.



Semoga makalah ini dapat menjadi khazanah keilmuan khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca sekalian, semoga ilmu yang di dapat semua bisa bermanfaat.











                              







 Makassar , 25  Februari 2017









Kelompok 5   













BAB I

PENDAHULUAN





A. LATAR BELAKANG

Kurikulum merupakan proses pengalaman pembelajaran yang dirancang atau direncanakan yang telah melalui pembimbingan serta hasil pembelajaran yang diinginkan yang telah dibentuk secara sistematik melalui pembinaan semua materi yang ada dan pengalaman di sekolah, sehingga guru dapatdituntut tanggung jawabnya terhadap kurikulum yang telah ada.

Penafsiran konsep kurikulum bagi peneliti dan praktisi pendidikan dapat berbeda satu sama lain. Secara umum, konsep kurikulum dapat didefinisikan sebagai suatu spesifik rangkaian pengetahuan, keterampilan dan kegiatan untuk disampaikan kepada siswa. Penafsiran lain, konsep kurikulum dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang direncanakan sebagai panduan guru untuk mengajar dan siswa untuk belajar.

Model konsep kurikulum sangat mewarnai pendekatan yang diambil dalam pengembangan kurikulum. Sebagai kajian teoritis, model konsep kurikulum merupakan dasar pengembangan kurikulum. Atau dengan kata lain, pendekatan pengembangan kurikulum didasarkan atas konsep-konsep kurikulum yang ada.

Perkembangan konsep kurikulum selalu mengikuti perkembangan zaman dan pada setiap negara sangat terkait dengan kebijakan yang diambil oleh penguasa. Khususnya di Indonesia, kurikulum selalu mengalami perubahan. Pada saat ini telah muncul Kurikulum 2006 atau kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Kurikulum ini merupakan penyempurnaan dari Kurikulum 2004 yang terakhir yaitu Kurikulum 2013. Sesuai dengan tuntunan zaman sekarang ini yang mengharuskan setiap manusia siap, otomatis pendidikan mmempunyai peranan yang amat penting.Pastinya baik, bermutu tidaknya sebuah institusi pendidikan sangat bergantung pada system kurikulumnya.





B.  Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan diatas, maka yang menjadi masalah secara rinci sebagai berikut:

1.    Apakah pengertian dari kurikulum subjek akademik?

C.  Tujuan

1.    Untuk mengetahui pengertian dari kurikulum subjek akademik?







































BAB II
PEMBAHASAN



A.   Kurikulum Subjek Akademi

Kurikulum Subjek Akademis bersumber dari pendidikan Klasik, Perenialisme dan Esensialisme, berorientasi kepada masa lalu. Kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan. Isi pendidikan diambil dari disiplin-disiplin ilmu. Para ahli sesuai dengan bidang disiplinnya masing-masing telah mengembangkan ilmu-ilmu tersebut secara sistematis, logis, dan solid.

Para pengembang kurikulum tidak perlu susah-susah menyusun dan mengembangkan bahan sendiri. Mereka tinggal memilih bahan-bahan materi ilmu yang telah dikembangkan oleh para ahli disiplin ilmu, kemudian mereorganisasinya secara sistematis, sesuai dengan tujuan pendidikan dan tahap perkembangan peserta didik yang akan mempelajarinya. Guru sebagai penyampai bahan ajar memegang peranan penting. Mereka harus menguasai semua pengetahuan yang menjadi isi kurikulum. Ia harus menjadi ahli atau ekspert dalam bidang-bidang studi yang diajarkannya di sekolah. Lebih jauh guru dituntut bukan saja menguasai materi pembelajaran, tetapi juga menjadi model bagi para peserta didiknya (Theacher Center).

Sekurang-kurangnya ada tiga pendekatan dalam perkembangan Kurikulum Subjek Akademis, yaitu :

1.      Pendekatan pertama, melanjutkan pendekatan struktur pengetahuan.
Murid-murid belajar bagaimana memperoleh dan menguji fakta-fakta dan bukan hanya sekedar mengingatnya.

2.      Pendekatan kedua, studi yang bersifat integratif.Pendekatan ini merupakan respon terhadap perkembangan masyarakat yang menuntut model-model pengetahuan yang lebih komprehensif-terpadu.

3.      Pendekatan ketiga, pendekatan yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah fundamentalis.



a.      Ciri-ciri Kurikulum Subjek Akademis

  Ciri-ciri ini berhubungan dengan maksud, metode, organisasi dan evaluasi.

a)      Maksud dan fungsi

Maksud kurikulum adalah melatih siswa dalam menggunakan gagasan yang paling bermanfaat dan proses menyelidiki masalah riset khusus. Fungsinya siswa diharapkan memperoleh konsep dan metode untuk melanjutkan pertumbuhan dalam masyarakat lebih luas.

b)      Metode
Metode yang paling banyak digunakan adalah metode ekspositori dan inkuiri. Ide-ide diberikan guru kemudian dielaborasi (dilaksanakan) siswa sampai mereka kuasai.

c)      Organisasi

Ada 3 pola organisasi yang terpenting diantaranya :

1.      Correlated Curriculum

Pola oeganisasi materi atau konsep yang dipelajari dalam suatu pelajaran dikorelasikan dengan pelajaran yang lain.

2.      Unified atau Concentrated Curriculum

Sesuai dengan namanya, kurikulum jenis ini sangat kental dengan disiplin ilmu. Setiap disiplin ilmu dibangun dari berbagai macam tema pelajaran. Pola organisasi bahan dalam suatu pelajaran di susun dalam tema-tema pelajaran tertentu.Salah satu aplikasi kurikulum jenis ini terdapat pada pembelajaran yang sifatnya tematik. Misalnya konsep tentang energi, dapat dipelajari dari sudut-sudut pandang biologi, fisika, kimia dan geologi.

3.      Integrated Curriculum

Bahan ajar diintegrasikan menjadi satu keseluruhan yang disajikan dalam bentuk satuan unit. Dalam satu unit terdapat hubungan antarpelajaran serta berbagai kegiatan siswa. Dengan keterpaduan bahan pelajaran tersebut diharapkan siswa mempunyai pemahaman suatu materi secara utuh. Oleh karena itu, inti yang diajarkan kepada siswa harus memenuhi kebutuhan hidup di lingkungan masyarakat. Misalnya matematika diajarkan untutk menyelesaikan masalah ilmu pengetahuan.

4.      Problem Solving Curriculum

Yang berisi pemecahan masalah yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan pengetahuan serta keterampilan dari berbagai disiplin ilmu. Para ahli disiplin ilmu sering memiliki sifat ambivalen terhadap evaluasi. Satu pihak melihatnya sebagai suatu kegiatan yang sangat berharga, yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan pada pihak lain mereka mengkhawatirkan kegiatan evaluasi

dapat mempengaruhi hubungan antara guru dan siswa.

d)     Evaluasi

kurikulum subjek akademis menggunakan bentuk evaluasi yang bervariasi, namun lebih banyak digunakan bentuk uraian (essay) dari pada tes objektif.

e)      Pemilihan Disiplin Ilmu

Masalah besar yang dihadapi oleh para pengembang kurikulum subjek akademis adalah bagaimana memilih materi pelajaran dari sekian banyak disiplin ilmu yang ada. Apabila ingin memiliki penguasaan yang cukup mendalam maka jumlah disiplin ilmunya harus sedikit. Apabila hanya mempelajari sedikit disiplin ilmu maka penguasaan para siswa akan sanagt terbatas, sukar menerapkannya dalam kehidupan masyarakat secara luas. Apabila disiplin ilmunya cukup banyak, maka tahap penguasaannya akan mendangkal. Anak-anak akan tahu banyak tetapi pengetahuannya hanya sedikit-sedikit (tidak mendalam).

               Ada beberapa saran untuk mengatasi masalah tersebut, yaitu:

1.     Mengusahakan adanya penguasaan yang menyeluruh (comprehensiveness) dengan menekankan pada bagaimana cara menguji kebenaran atau mendapatkan pengetahuan.

2.     Mengutamakan kebutuhan masyarakat (social utility), memilih dan menentukan aspek-aspek dari disiplin ilmu yang sangat diperlukan dalam kehidupan masyarakat.

3.     Menekankan pengetahuan dasar, yaitu pengetahuan-pengetahuan yang menjadi dasar (prerequisite) bagi penguasaan disiplin-disiplin ilmu yang lainnya

B.   PENGERTIAN KURIKULUM HUMANISTIK


       Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan kegiatan pendidikan tertentu sedangkan humanistik berasal dari kata humanis yang secara etimologis adalah orang yang mendambakan dan memperjuangkan terwujudnya pergaulan hidup yang lebih baik. Humanis juga di definisikan sebagai faham yang menganut bahwa manusia adalah subjek terpenting lalu kaitannya dengan kurikulum, bahwa yang di maksud dengan kurikulum humanistik adalah kurikulum yang berorientasikan pada perkembangan keperibadian, sikap, emosi/perasaan peserta didik (Sanjaya, 2008 : 67)

a)      Konsep Dasar Kurikulum Humanistik

Kurikulum Humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistik. Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi (personalized education) yaitu John Dewey (progressive education) dan J.J Rousseau (Romantic education). Aliran ini lebih memberikan tempat utama kepada siswa. Mereka bertolak dari asumsi bahwa anak atau siswa adalah yang utama dan pertama dalam pendidikan.

 Mereka percaya bahwa siswa mempunyai potensi, punya kemampuan dan kekuatan untuk berkembang. Para pendidik humanis juga berpegang pada konsep Gestalt, bahwa individu atau anak merupakan satu kesatuan yang menyeluruh.

Pandangan mereka berkembang sebagai reaksi terhadap pendidikan yang lebih menekankan segi intelektual dengan peran utama di pegang oleh guru. Pendidikan humanistik menekankan peranan siswa. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk menciptakan situasi yang permisif, rileks dan akrab. Berkat situasi tersebut anak mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. Tugas guru adalah menciptakan situasi yang permisif dan mendorong siswa untuk mencari dan mengembangkan pemecahan sendiri.

 Pendidikan mereka lebih menekankan bagaimana mengajar siswa (mendorong siswa) dan bagaimana merasakan atau bersikap terhadap sesuatu. Tujuan pengajaran adalah memperluas kesadaran diri sendiri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan. Ada beberapa aliran yang termasuk dalam pendidikan humanistik yaitu pendidikan konfluen, kritikisme radikal dan mistikisme modern

Pendidikan konfluen menekankan keutuhan pribadi, individu harus merespon secara utuh (baik segi pikiran, perasaan maupun tindakan) terhadap kesatuan yang menyeluruh dari lingkungan.

Kritikisme radikal bersumber dari aliran naturalisme atau romantisme Rousseau. Mereka memandang pendidikan sebagai upaya untuk membantu anak menemukan dan mengembangkan sendiri segala potensi yang dimilikinya.

Mistikisme modern adalah aliran yang menekankan latihan dan pengembangan kepekaan perasaan, kehalusan dan budi pekerti (Sukmadinata,1997:87).



b)     Karakteristik Kurikulum Humanistik

Kurikulum humanistik mempunyai beberapa karakteristik, berkenaan dengan tujuan, metode, organisasi isi, dan evaluasi. Menurut para humanis, kurikulum berfungsi menyediakan pengalaman (pengetahuan-red) berharga untuk membeantu memperlancar perkembangan pribadi murid.

 bagi mereka tujuan pendidikanadalah proses perkembangan pribadi yang dinamis yang di arahkan pada pertumbuhan, integritas, dan otonomi kepribadian, sikap yang sehat terhadap diri sendiri, orang lain, dan belajar semua itu merupakan bagian dari cita-cita perkembangan manusia yang teraktualisasi (self actualizing person) seorang yang telah mampu mengaktualisasikan diri adalah orang yang telah mencapai keseimbangan (harmoni) perkembangan seluruh aspek pribadinya baik aspek kognitif, estetika, maupun moral, seorang dapat bekerja dengan baik bila memiliki karakter yang baik pula (Sukmadinata, 1997 : 90).

Kurikulum humanistic memiliki beberapa karakteristik yang tidak lepas dari karakteristik pendidikan humanis, diantaranya adalah :



1.     Tujuan

Ahli humanis mempercayai fungsi kurikulum memberikan pengalaman secara interinsik tercapainya perkembangan dan kemerdekaan peribadi. Bagi mereka yaitu memandang tujuan pendidikan sebagai peroses dinamika peribadi yang berhubungan dengan integrasi dan otonomi peribadi yang ideal.

2.     Metode

Kurikulum humanistik menuntut hubungan emosional antara guru dan anak didik melalui suasana belajar yang menyenangkan. Guru mendorong para siswa untuk saling mempercayai dalam peroses belajar mengerjakan sesuatu yang mereka tidak ingin melakukan.



3.     Organisasi

Organisasi kurikulum humanistik terletak dalam integrasi. Bertujuan untuk mengatasi kurikulum teradisonal yang berorientasi pada materi yang gagal dalam menghubungkan psikologi anak. Karena itu kurikulum humanistik tidak selalu menekankan aspek sekuensial dalam organisasi materinya.



4.     Evaluasi

Kurikulum humanistik lebih mengutamakan peroses dari pada hasil artinya apakah aktivitas belajar yang dapat membantu anak didik menjadi manusia yang lain terbuka dan mandiri. Dalam evalusi kurikulum humanistik berbeda dengan yang biasa kegiatan belajar yang baik adalah yang memberikan pengalaman yang akan membantu parasisiwa memperluas kesadaran akan dirinya dan orang lain dan dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya (Nasution,2008: 67).

c)     Kelebihan dan kekurangan kurikulum Humanistik

1.     Kelebihan kurikulum humanistik

Kurikulum humanistik terhadap pembelajaran dengan teori ini sangat cocok diterapkan untuk materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini ialah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara tanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang-orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin, atau etika yang berlaku (Idi,2007: 56).

2.      Sebagai suatu hal yang alamiah, kurikulum humanistik memiliki beberapa kelemahan seperti:



a.     Keterlibatan emosional tidak selamanya berdampak positif bagi perkembangan individual peserta didik.

b.    Meskipun kurikulum ini sangat menekankan individu peserta didik, pada kenyataannya di setiap program terdapat keseragaman peserta didik.

c.     Kurikulum ini kurang memperhatikan kebutuhan masyarakat secara keseluruhan.

d.    Pada kurikulum humanistik, prinsip-prinsip psikologis ada yang kurang terhubungkan (Nasution, 2008 : 217).









C.   KURIKULUM REKONSTRUKSI SOSIAL



A.    Pengertian Model Kurikulum Rekonstruksi Sosial

Kurikulum rekonstruksi sosial berbeda dengan model-model kurikulum lainnya. Kurikulum ini lebih memusatkan perhatian pada problem-problema yang dihadapinya dalam masyarakat. Kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional. Menurut mereka pendidikan bukan upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama, interaksi dan kerja sama.

 Kerja sama atau interaksi bukan hanya terjadi antara siswa dengan guru, tetapi juga antara siswa dengan siswa, siswa dengan orang-orang di lingkungannya, dan dengan sumber belajar lainnya.

 Melalui interaksi dan kerja sama ini siswa berusaha memecahkan problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik.Kurikulum rekontruksi sosial lebih memusatkan perhatian pada problema-problema yang dihadapi dalam masyarakat. Kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional.

 Melalui interaksi dan kerja sama siswa berusaha memecahkan problema-problema yang dihadapi dalam masyarakat menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik.

a)      Desain kurikulum rekontruksi sosial

1.      Asumsi

Tujuan utama kurikulun rekontruksi sosial adalah menghadapkan para siswa pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang dihadapi manusia. Masalah-masalah masyarakat bersifat universal dan hal ini dapat dikaji dalam kurikulum.

2.      Masalah-masalah sosial yang mendesak

Kegiatan belajar dipusatkan pada masalah-masalah sosial yang mendesak. Masalah-masalah tersebut dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan yang mengundang lebih mendalam, bukan saja dari buku-buku dan kegiatan laboratorium tetapi juga dari kehidupan nyata dalam masyarakat.      

3.      Pola-pola organisasi

Pada tingkat sekolah menengah, pola organisasi kurikulum disusun seperti sebuah roda. Di tengah-tengahnya sebagai poros dipilih suatu masalah yang menjadi tema utama dan dibahassecara pleno.

b)     Komponen-komponen kurikulum

a.              Tujuan dan isi kurikulum

Dalam pendidikan ekonomi-politik, kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan adalah :

1)      Mengadakan survai secara kritis terhadap masyarakat

2)       Mengadakan studi tentang hubungan antara keadaan ekonomi lokal dan ekonomi nasional serta dunia,

3)      Mengadakan studi tentang latar belakang historis dan kecenderungan-kecenderungan perkembangan ekonom, hubungannya dengan ekonomi lokal,

4)      Mengkaji praktik politik dalam hubungannya dengan faktor ekonomi,

5)      Memantapkan rencana perubahan praktik politik,

6)      Mengevaluasi semua rencana dengan kriteria.

b.      Metode

Dalam pengajaran rekontruksi sosial para pengembang kurikulum berusaha mencari keselarasan antara tujuan-tujuan nasional dengan tujuan siswa. Bagi rekontruksi sosial, belajar merupakan kegiatan bersama, ada kebergantungan antara seseorang dengan yang lainnya.

c.       Evaluasi

Evaluasi tidak hanya menilai apa yang telah dikuasai siswa, tapi juga menilai pengaruh kegiatan sekolah terhadap masyarakat.

c)      Pelaksanaan pengajaran rekontruksi sosial

Pengajaran rekontruksi sosial banyak dilaksanakan di daerah-daerah yang tergolong belum maju dan tingkat ekunominya belum tinggi. Pelaksanaan pengajaran ini diarahkan untuk meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat. Sesuai dengan potensi yang ada di dalam masyarakat, sekolah mempelajari potensi-potensi tersebut, dengan bantuan biaya dari pemerintah.



BAB III

PENUTUP



A.     Kesimpulan

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwasannya yang dimaksud Kurikulum Subjek Akademik bersumber dari pendidikan Klasik, Perenialisme dan Esensialisme, berorientasi kepada masa lalu, serta lebih mengutamakan isi pendidikan.

Ada tiga pendekatan dalam Kurikulum Subjek Akademis, yaitu :

a)     Lanjutan pendekatan struktur pengetahuan

b)    Studi yang bersifat integratif

c)     Pendekatan yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah fundamentalis.

a.     Kurikulum humanistik merupakan kurikulum yang berorientasikan pada perkembangan keperibadian, sikap, emosi/perasaan peserta didik.

b.    Kurikulum Humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistik. Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi (personalized education) yaitu John Dewey (progressive education) dan J.J Rousseau (Romantic education).Kurikulum humanistik mempunyai beberapa karakteristik, berkenaan dengan tujuan, metode, organisasi isi, dan evaluasi.

B.     Saran



1.      Berdasarkan adanya kurikulum humanistik orientasi terhadap perkembangan keperibadian, sikap, emosi/persaan peserta didik bisa ter-realisasikan terhadap pendidikan nasional.



2.      Kurikulum humanistik ini berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi (personalized education) yaitu John Dewey (progressive education) dan J.J Rousseau (Romantic education) diharapkan guru percaya bahwa siswa mempunyai potensi, kemampuan dan kekuatan untuk berkembang.







DAFTAR PUSTAKA


Sukmadinata, Nana Syaodih. Pengembangan Kurikulum.Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. 2009
Nasution, S. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara. 1995

Idi, Abdullah, 2007, Pengembangan Kurikulum, Jakarta: Al-Insan.

   Nasution, 2008, Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi, Jakarta: Bumiaksara.
sinautp.weebly.com/model-kurikulum-rekonstruksi-sosial.html